Belajar permodelan berbasis agen di ArcGIS menjanjikan dua hal. Pertama, menarik dan memancing penasaran.. Kedua, sulit dan melelahkan.

Akhir-akhir ini permodelan menjadi sangat menarik. Mungkin karena keharusan menemukan topik riset yang relevan dengan studi, jadi akhirnya yang awalnya cuma terjebak, sekarang jadi semakin intens belajar karena dunia modeling ternyata membuat saya belajar banyak tentang menjadi manusia. Lho, apa hubungannya modeling dengan manusia?

Modeling (bukan tentang catwalk dan perempuan-perempuan cantik yang berjalan-jalan diatasnya) membuat rasa penasaran tidak pernah habis. Semakin dipelajari, semakin merasa bodoh dan ingin lebih banyak tahu. Selama ini permodelan spasial yang dijalankan hanya melihat sejauh mana eksistensi fenomena di dunia nyata dikuantifikasi dan digambarkan prosesnya dalam komputer. Setelah berkenalan dengan Agen-based Modeling (ABM), ada banyak potensi pengembangan yang bisa dilakukan. Salah satunya, ABM dapat digunakan untuk menjelaskan kausalitas antara fenomena dan entitas. 

Membuat model adalah membuat dunia kecil.

Kita mencoba untuk membangun sebuah dunia dengan berbagai aturan dan hukum-hukumnya. Dalam dunia itu, kita bisa menjadi tuhan. Sang maha kuasa. Sang tuhan ini memotret kondisi riil di dunia, lalu mentransformasi dengan sederet perintah-perintah dalam bahasa komputasi. Kenyataan yang selama ini hanyalah sebuah fenomena dimana kita menjadi bagiannya, dibuat miniaturnya dan kita yang mengatur agar berjalan sebagaimana layaknya dunia nyata.

Berlagak menjadi tuhan… terkesan sombong? Rasanya tidak.

Ini kan sekedar pura-pura saja. Pada dasarnya tuhan di dunia modeling ini masih tetap seorang manusia biasa yang punya banyak keterbatasan. Yang masih mengantuk kalau sehari semalam menulis coding. Yang masih lapar dan haus saat cemilan dan kopi di meja belajar sudah tandas sampai ke dasarnya. Yang masih berkerut keningnya kalau hukum dan aturan yang ditulis dalam bahasa pemrograman tidak menghasilkan proses sesuai dengan yang dikehendaki.

Tapi dengan begini, sampai juga pada pengertian bahwa menjadi pengatur itu rumit. Kalau Tuhan, tinggal bersabda maka semuanya terjadi. Kalau tuhan yang ini, kalau cuma bersabda ya tidak akan jadi apa-apa. Alhasil harus belajar lagi, mengulang lagi, menulis dan mengoreksi lagi… rumit dan juga sangat melelahkan!

Lantas, apa hubungannya modeling dengan manusia?

Belajar permodelan mengharuskan kita memotret sebuah fenomena selengkap mungkin tapi dengan cara sesederhana mungkin. Kalimat yang tidak terlalu panjang ini kalau diterjemahkan secara detail bisa jadi tidak akan cukup diselesaikan dalam satu minggu. Kita harus tahu hukum dan aturan yang berlaku di alam nyata, kita harus mengerti interaksi antar komponen, kita juga harus paham sebab akibat yang mengikat komponen dan lingkungan dimana ia berada. 

Belum lagi menyangkut desainnya. Estetika harus dipertimbangkan benar-benar agar selain proses dalam model berjalan dengan baik, ada aspek kemudahan dan kenyamanan yang harus dipenuhi (dalam hal ini dari sudut pandang user). Antarmuka yang rumit tidak akan menarik, padahal sebuah model yang sederhana sekalipun mungkin membutuhkan proses yang rumit berjalan di balik layar.

Belajar modeling kalau dipahami dengan tepat akan membawa kita (setidaknya bagi saya) pada sikap dan perilaku yang lebih arif. Mengatur dunia kecil saja harus mengerti bagaimana komposisi dan hubungan antara masing-masing komponen harus selaras agar dapat berjalan dengan serasi. Pun halnya dengan dunia manusia. Semua harus memahami bahwa apa yang dilakukan oleh satu individu akan membawa pengaruh pada individu lain dan lingkungan di sekitarnya. Pada saat satu individu tidak menjalankan actionnya sesuai dengan kaidah, tentu akan mengacaukan jejaring dan struktur yang lebih luas.

Jadi, untuk sementara ini saya paham…menjadi manusia yang mpan papan sesuai tempat dan perannya ternyata sulit. Lebih sulit lagi menjadi tuhan di dunia nyata. Karena sulit, maka saya harus menghargai mereka-mereka sesama manusia dan juga harus semakin hormat pada Tuhan.

Maaf saya ya Tuhan, kadang-kadang saya menyepelekan-Mu… 

Leave a Reply

Your email address will not be published.