Filosofi Agent-based Modeling

Filosofi Agent-based Modeling

ABM dapat dianggap sebagai sebuah cara untuk menentukan konsekuensi-konsekuensi setingkat sistem yang berkaitan dengan perilaku dari individu atau kelompok-kelompok individu (North and Macal, 2007). ABM memungkinkan pembuat model untuk menentukan aturan-aturan individu atau grup, identifikasi situasi atau konteks dimana individu-individu ini berada, dan menjalankan aturan-aturan ini dalam berbagai konteks yang sesuai untuk menghasilkan keluaran yang mungkin.ABM dapat digunakan untuk membuat model hierarkis yang deterministik maupun sistem holistik. Dalam model hierarki deterministik, keluaran adalah akumulasi dari hasil-hasil dari langkah yang dijalankan pada level yang lebih rendah. Dengan kata lain, hasil dari model tidak lepas dari konsekuensi proses sebelumnya. Pada model sistem holistik, setiap level memberi pengaruh yang nyata dan tidak dapat dihilangkan terhadap keseluruhan hasil dari sistem yang terbentuk. Pengaruh ini dapat berarti positif (mendukung) maupun negatif (membatasi).Fleksibilitas yang menjadi sifat melekat dari ABM memungkinkan untuk menggambarkan berbagai situasi penting. Cakupan ABM dapat menjadi sangat luas tergantung pada fenomena apa yang kita hadapi di dunia nyata. Mengutip pendapat North and Macal...
Read More
Tantangan dalam ABM

Tantangan dalam ABM

Agent-bases modeling (ABM) berusaha melihat fenomena-fenomena dan realitas dunia nyata dari perspektif kausalitas dinamik. ABM memandang bahwa sebuah dunia terdiri dari agen (pelaku pembuat keputusan) dan lingkungan (lokasi dimana agen berada). Menurut Johnston (2013), ada beberapa tantangan dalam membuat model agent-based antara lain : Kesulitan menentukan problem, Kesulitan memahami seluk-beluk fenomena yang mungkin penting untuk permodelan tertentu. Kesulitan menerjemahkan fenomena ke dalam instruksi dan aturan-aturan model. Memerlukan kemampuan coding (bahasa pemrograman komputer). Lihat artikel lainnya : Filosofi Agent-Based Modeling...
Read More